Musim liburan ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Gunung Anak Krakatau. Sebuah surga tersembunyi di Provinsi Lampung. Berada di tengah perairan selat sunda menjadikan gunung ini sebagai satu-satunya gunung yang langsung berada diatas permukaan laut. Saya cukup beruntung karena berkesempatan untuk mendaki Gunung Anak Krakatau ini melalui acara Festival Krakatau, sebuah festival budaya yang diadakan oleh pemerintah Provinsi Lampung dengan seluruh akomodasi perjalanan selama di Lampung ditanggung oleh panitia pelaksana.

Tour Krakatau ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 24-25 Agustus 2017. FYI, tour ini adalah acara tahunan dan terbuka untuk umum, bagi yang belum pernah ke Lampung tentunya jangan khawatir dan bingung, karena saat ini sudah banyak sekali penerbangan dari berbagai kota di seluruh Indonesia menuju Lampung yang bisa didapatkan di
tiket.com. Bukan hanya tiket pesawat, ada juga tiket kereta api, event, sewa mobil dan juga booking hotel di tiket.com. Jadi tidak perlu bingung lagi harus berangkat naik apa dan menginap dimana karena pilihan maskapai dan hotel di Lampung sudah banyak dan bervariasi sesuai kebutuhan. Yang pasti liburan jadi lebih mudah dengan tiket.com.
Hari pertama, saya dan rombongan berangkat dari Kota Bandarlampung menuju dermaga BOM di Kota Kalianda, yang kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Sebesi. Perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau dilaksakan keesokan harinya. Pulau Sebesi menjadi pulau berpenghuni terdekat yang sekaligus menjadi pulau pemantau Gunung Anak Krakatau. Masyarakat di pulau ini sudah terbiasa dengan aktivitas vulkanik gunung anak krakatau, konon katanya lokasi yang berdekatan dengan gunung berapi yang aktif, akan memiliki permukaan tanah yang hitam, sepertinya benar mengingat pasir di Pulau Sebesi ini berwarna hitam.
 |
penyambutan dari masyarakat Pulau Sebesi |
Tepat di sebrang Pulau Sebesi terdapat sebuah pulau kecil tak berpenghuni bernama Pulau Umang-Umang. Pulau ini merupakan salah satu "hiburan" masyarakat pulau sebesi, karena suasananya tenang dan sepi, serta airnya yang sangat jernih. Ada banyak batu besar dibibir pantai Pulau Umang-umang ini, pasirnya pun masih putih bersih tanpa sampah. Benar-benar sebuah pulau yang masih sangat terjaga lingkungannya. Masyarakat sekitar juga membuat sebuah spot untuk berfoto ala Gili Trawangan, yaitu sebuah ayunan diatas pantai pulau ini. Untuk menuju Pulau Umang-umang ini dapat ditempuh dengan menaiki kano, tapi kalau tidak berani bisa menyewa kapal nelayan yang bisa muat sampai 20 orang seharga 200ribu saja, tersedia juga kapal yang lebih kecil yang tentunya harganya lebih murah.
 |
Pulau Umang-umang |
 |
bersantai di putihnya pasir Pulau Umang-umang |
 |
spot ala Gili Trawangan |
 |
see, air disini sangat jernih |
Hari berganti, akhirnya saya dan rombongan akan menuju ke Gunung Anak Krakatau. Kami berangkat pukul 04.00 pagi, agar ketika sampai disana bisa merasakan sejuknya udara sekitar dan juga menghindari cuaca panas yang sangat menyengat. Setelah dua jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Gunung Anak Krakatau. Sangat indah. Saya spechless dengan keindahan gunung ini, seperti mimpi saja rasanya mengingat sebagai masyarakat lampung, saya sudah sangat sering mendengar cerita tentang gunung api diatas lautan ini dan kini saya berada tepat diatasnya. Gunung ini begitu istimewa bagi masyarakat lampung, saya merasa sangat beruntung bisa mendaki dan menikmati keindahannya.
Ketika sampai kami sudah disambut dengan pantai Gunung Krakatau yang berwarna kehitaman, apalagi kami sampai disini saat pagi hari ketuka matahari baru saja naik ke cakrawala. Terlihat warna langit yang sangat khas efek dari sunrise yang baru saja usai.
 |
pagi hari di bibir pantai Gunung Anak Krakatau |
 |
pantai dengan pasir berwarna hitam |
Mendaki Gunung Anak Krakatau ini tidak melalui trek yang begitu sulit, rasanya memang makin tinggi makin terjal, namun masih bisa dilalui tanpa merasakan keletihan yang berlebih. Rasanya lebih lelah berada didalam kapal selama dua jam perjalanan menuju ke gunung ini. Tapi semua itu terbayarkan dengan pemandangan yang sangat indah. Bayangkan anda berada diatas gunung berapi, namun dikelilingi oleh lautan. Tentunya menjadi pengalaman tersendiri bagi orang yang berkesempatan memijakkan kaki disini. Secara geografis, Gunung Anak Krakatau ini dikelilingi oleh beberapa gugus pulau, yaitu Pulau Rakata/Krakatau, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung. Setiap sisi dari gunung ini selalu indah untuk dilihat.
 |
trek menuju puncak Krakatau |
 |
para peserta |
 |
pemandangan Pulau Panjang dari puncak Gunung Anak Krakatau |
 |
pemandangan Pulau Rakata/Pulau Krakatau dari puncak Gunung Anak Krakatau |
 |
Gunung Anak Krakatau |
 |
jalur erupsi di bagian barat Gunung Anak Krakatau |
Puji syukur selalu saya ucapkan karena kekaguman saya atas ciptaan Tuhan yang begitu indah ini. Rasanya takjub jika mengingat dahulu gunung ini pernah menjadi momok bagi dunia karena letusannya pada tahun 1883. Konon letusan gunung yang Krakatau tersebut sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perubahan iklim secara global.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah. Letusan itu sangat dahsyat, awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. (sumber:
wikipedia).
Saya bersama 50 orang peserta Festival Krakatau memang sangat beruntung untuk dapat menyaksikan keindahan alam Gunung Anak Krakatau ini. Namun jika anda menginkan trip yang mandiri, dari warga setempat saya mendapat informasi mengenai harga yang harus dibayarkan, yaitu sewa perahu sebesar 2juta rupiah (muat sampai 40 orang) dan mengeluarkan 2juta rupiah untuk mengeluarkan surat izin "simaksi" masuk ke dalam kawasan Gunung Anak Krakatau. Surat izin dibutuhkan karena sejatinya Gunung Anak Krakatau ini adalah cagar alam yang dilindungi, bukanlah tempat wisata konvensional yang dibuka untuk umum, jadi membutuhnya alasan untuk konservasi dan observasi yang dilampirkan melalui surat izin yang dikeluarkan oleh pihak terkait. Rasanya tidak berlebihan jika Krakatau disebut sebagai Surga Tersembunyi Di Selat Sunda - Lampung.